Virginia, MedanKini.net - Menurut ilmuan Tyler Messerschmidt, pepohonan tidak bisa hidup di tanah basah dan asin akibat kenaikan permukaan air laut dan gelombang badai di sungai York. Perubahan iklim yang disebabkan manusia membuat air laut semakin menghangat dan meluas. Daerah yang sebelumnya ditumbuhi pepohonan kini menjadi hutan gundul yang memperparah perubahan iklim.
Tyler Messerschmidt seorang Peneliti, Virginia Institute of Marine Science mengatakan "Hutan penyimpan cadangan karbon yang besar seiring perlahan lenyap, sebagian karbon kembali ke alam, termasuk ke atmosfer yang kemungkinan memperparah pemanasan global dengan perubahan iklim."
Rawa bisa membantu teluk tetap bersih dan bisa menghadang badai, tapi rawapun perlahan tenggelam. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan di bibir pantai.
Michael Oppenheimer seorang Editor, Intergovernmental Panel on Climate Change mengatakan "Bangladesh, sebagian India, Thailand, Myanmar dan Vietnam memeiliki rawa yang terbentang luas dimana bakau spesies dominan di kawasan tropis. Tapi kita mengikis dasar dari sistem tersebut."
Deborah Steinberg mengumpulkan organisme yang berpindah akibat perubahan iklim. Menghangatnya Temperatur turut mengubah tempat hidup mahluk laut ini.
Deborah Steinberg seorang Peneliti, Virginia Institute of Marine Science mengatakan "Merkea adalah Copepoda - Krustasea seukuran beras."
Disebut juga sebagai pompa biologis, Copepoda membantu menenggelamkan karbon dioksida, gas utama penyebab pemanasan global ke dasar laut.
"Kalau tidak ada pompa biologis ini, CO2 di atmosfer akan 50 persen lebih tinggi dari sekarang. Wilayah hidup spesies-spesies di subkutub dan kutub (yang efektif menenggelamkan CO2) menyusut. lebih banyak hewan tropis dan subtropis berukuran lebih kecil padahal tidak terlalu efisien menenggelamkan karbon." ujar Deborah.
Para ilmuan di seluruh Dunia terus memantau dampak negatif perubahan iklim. Mereka mengumpulkan bibit spesies Lamun yang mampu menyerap karbon untuk merestorasi habitat laut.
Christopher Patrick seorang Peneliti, Virginia Institute of Marine Science mengatakan "Tak hanya menanam spesies eelgrass (lamun) tapi juga spesies asli Teluk Chesapeake bernama 'widgeongrass' yang ringan dan mampu bertahan di suhu tinggi."
Harapannya kedua spesies tanaman laut itu bisa bertahan dan melindungi organisme lain disekitarnya. Jika berhasil, proyek restorasi habitat laut ini bisa menjadi model untuk skala global. (VOA/Mkn)