News


Washington DC, MedanKini.Net - Industri penerbangan komersil, termasuk yang paling terhempas pada awal pandemi covid-19, tapi belakangan tekanan lain menjadi ujian bagi maskapai penerbangan dan juga produsen pesawat seperti Boeing.

Darren Hulst dari Boeing mengatakan "Sepanjang 2022, pembukaan kegiatan dan akhir restriksi Covid, picu lonjakan permintaan akan perjalanan yang amat lampaui perkiraan pada 2020. Kami kira industri ini baru pulih total ke angka pra-Covid pada 2023 atau 2024. Sepertinya tetap begitu. Tapi akslerasi permintaaan selama 2022 luar biasa dengan luapan permintaan terpendam."

Richard Aboulafia seorang Pengamat Dirgantara mengatakan "Belum pernah seperti ini. Turun drastis pada 2020, lalu meroket di saat harga bahan bakar juga melonjak. Maskapai penerbangan perlu beli pesawat, karena ingin hemat bahan bakar. Dan itu menjadi prioritas dalam iklim energi saat ini."

Disisi lain penurunan tajam polusi saat bulan-bulan awal pandemi mengingatkan kembali konsumen akan pentingnya menekan emisi gas beracun.

"Industri ini berupaya memproduksi lebih banyak bahan bakar penerbangan terbarukan, yang akan sangat tekan emisi industri penerbangan. Selain itu, teknologi baru. Teknologi apa bisa bantu emisi nol ?. Bahan bakar alternatif, tenaga hidrogen, energi dari listrik lain. Teknologi yang bisa mengantar industri ini ke tantangan 20 - 40 tahun kedepan." ujar Hulst

Industri penerbangan merencanakan penerbangan Net Zero atau Jet Zero, tapi target tanpa rencana jelas mengundang rasa skeptis.

Richard Aboulafia menambahkan "Agak rumit, karena pada dasarnya tak ada jalur pasti guna capai dekarbonasi penerbangan. Baru sebatas ide, seperti dilontarkan dalam pameran ini. Semuanya baik-baik saja. Tapi adakah rencana jelas ke depan ? Tidak ada. Kemungkinan besar perpaduan teknologi yang telah ada seperti bahan bakar terbarukan untuk pesawat, dan penurunan permintaan. Saat ini industri penerbangan menyumbang 3 - 4 persen emisi global. Mungkin tak apa-apa industri ini menjadi yang terakhir dekarbonisasi. Pada saat yang sama, industri ini banyak disorot."

Upaya dekarbonisasi dan juga mengurangi efek lingkungan dari industri penerbangan ini menghadapi banyak kendala, diantaranya adalah mahalnya bahan bakar yang dibuat dari bahan terbarukan bisa 3 kali lipat dibandingkan harga avtur biasa. (VOA/Mkn)