Washington DC, MedanKini.Net - Indeks Harga Konsumen pada Mei meningkat 8,6 persen dibandingkan dengan Mei tahun sebelumnya, melebihi ekspektasi analis dan menghempaskan harapan bahwa laju inflasi di AS mulai melandai.
Loreen Gilbert dari WealthWise Financial mengatakan "Jelas inflasi menjadi perhatian semua, karena dampak bagi konsumen. Apalagi jelang bepergian musim panas, dengan lonjakan harga bensin. Bahkan dengan isyarat dari OPEC akan tingkatkan produksi, harga bensin tetap tinggi. Pertandanya harga barang tetap tinggi. Bahkan semakin mahal."
Lonjakan harga bensin menyusul perang Rusia Ukaraina dan lonjakan harga makanan menjadi kontribusi terbesar bagi laju inflasi ini. Tanpa menyertakan energi dan makanan Indeks Harga Konsumen inti menguat 6 persen. Pada saaat yang sama analis mencermati adanya fenomena 'Shrinkflation' yaitu penggabungan kata 'Shrink" yang berarti menyusut dan 'Inflation" alias Inflasi. Dengan demikian produsen tidak menaikkan harga produk mereka, hanya saja volume atau porsinya dikurangi dibandingkan sebelumnya. Perubahan posri atau volume ini kadang tidak terasa.
Edgar Dworsky dari kelompok advokasi Consumer World mengatakan "Contoh tisu dapur merek Sparkle. Versi lama 1 rol ada 116 lembar tisu. Banyak. Ditulis di kemasan. Versi baru 110 lembar."
Menurut kelompok Advokasi Konsumen atau Consumer World, praktek 'Shrinkflation" sebenarnya bukan hal baru.
"Banyak yang sering kurangi volume produk. Cemilan kemasan, permen, sereal, produk kertas. Produk-produk itu cenderung berangsur mengecil." ujar Edgar Dworsky
Gangguan jalur pasok akhirnya memperparah 'Shrinkflation'.
Edgar Dworsky menambahkan "Ketika saya berbicara dengan produsen, semua katakan upah pekerja naik, semakin mahal menyalurkan barang ke toko. Bahan baku juga semakin mahal. Lalu apa yang bisa dilakukan ? Naikkan harga denga resiko konsumen tak suka dan beralih ke produk lain. Atau harga tetap, tapi kurangi saja volumenya. Dengan demikian naikkan harga. Tapi tak banyak konsumen sadar. Tak ada yang mengejutkan bagi saya soal perampingan produk. Mungkin baru bila membuka karton telur lusinan dan hanya ada sebelas telur, baru keterlaluan. Tapi kita belum sampai pada tahap itu."
Akibat tingginya laju inflasi, kenaikan upah selama sebulan terakhir, akhirnya justru berkurang sekitar 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. (VOA/Mkn)