Virginia, MedanKini.Net - Dunia bergantung pada kapal kargo untuk mengirimkan sebagian besar barang yang kita pakai. Tapi kapal-kapal ini memakai bahan bakar kualitas rendah yang mengeluarkan sekitar 1 miliar metrik ton karbon dioksida ke atmosfer setiap tahun menurut Organisasi Maritim Internasional. Ini lebih banyak dibanding karbon yang dikeluarkan negara seperti Jerman. Munculnya aturan karbon internasional mendorong perusahaan pelayaran mengadopsi bahan bakar yang lebih bersih, baterai listrik dan alternatif lainnya. Sebagian mempertimbangkan sumber energi gratis yang pernah dipakai semua kapal yakni angin.
Gavin Allwright dari International Windship Association mengatakan "Hampir semua kapal dapat memakai semacam penggerak angin."
Gavin memimpin kelompok industri yang anggotanya ingin memakai kembali tenaga angin pada abad ke 21 dengan teknologi material dan design baru, ada layar layang-layang, layar sayap kaku dan kolom berputar yang disebut rotor flattener.
"Angin menerpa silinder yang berputar, membuat perbedaan tekanan, itu menciptakan daya dorong ke depan." ujar Gavin
Sejumlah design kapal baru ini akan sepenuhnya memakai tenaga angin. Teknologi angin juga dapat ditambahkan ke kapal yang ada untuk mengurangi persentase penggunaan bahan bakar. Dua kapal terbesar di dunia juga sudah dibantu angin.
Gavin menambahkan "Mereka membakar ratusan ton bahan bakar per hari. Jika ada penghematan 5 hingga 10 persen untuk kapal kontainer besar, itu jumlah sangat besar."
Penghematan ini bisa semakin meningkat jika kapal mengikuti jalur berdasarkan kondisi angin bertiup.
"Bila kapal menyesuaikan rutenya, mungkin sedikit lebih lambat ke pelabuhan, maka bisa mendapat kondisi angin yang lebih baik. Ini bisa dioptimalkan hingga mungkin 30 persen atau lebih." ujar Gavin.
Wisamo yang menggunakan sayap layar tiup adalah proyek dari pabrik ban Michelin.
Benoit Baisle Dailliez dari perusahaan Michelin mengatakan "Ini sangat sederhana. Ada dua tombol, satu untuk on/off dan satu lagi untuk mengarahkan tiang ke arah angin. Pada dasarnya tidak ada dampak pada kru."
Sistem otonom ini memakai sensor untuk mengukur kondisi angin dan menyesuaikan posisi layar.
Benoit menambahkan "Saat kapal tiba di bawah jembatan atau untuk semua operasi di pelabuhan, maka sangat mudah mengecilkan sayapnya."
Layar Wisamo ini telah diuji di kapal pesiar dan perusahaan ini berencana memasangnya di kapal kargo pada tahun ini. Meski sangat mirip dengan Bibendum yang dikenal sebagai manusia Michelin yakni karakter yang telah mewakili pabrik ban ini selama lebih dari 1 abad, namun layar canggih ini juga mengarah ke masa depan inovasi di bidang transportasi. (VOA/Mkn)