News

 

Uganda, Medankini.Net - Keputusan Uganda untuk keluar dari Organisasi Kopi Internasional menimbulkan  polemik di kalangan produsen kopi negara itu. Sebagian petani menganggap tindakan itu mempersulit  ekspor kopi Uganda, tapi menurut pihak otoritas, kini justru terbuka peluang untuk fokus ke pasar lainnya.

Petani kopi Robert Kabushenga adalah salah satu dari produsen kopi Uganda yang kesal atas keputusan negaranya menarik diri dari organisasi kopi internasional (ICO), menurut pemerintah uganda adanya tarif atau hambatan lain yang membatasi ekspor kopinya memicu keputusan untuk menarik diri dari perpanjangan dua tahun perjanjian kopi internasional tahun 2007 ICO. Robert menggambarkan keputusan itu sebagai tindakan sembrono dan ilegal dan menurutnya itu akan merugikan petani kopi Uganda. Robert Kabushenga, salah seorang Petani Kopi Uganda Mengatakan "bagaimana itu mempengaruhi Petani ?. Artinya pembeli kopi yang sudah beli hanya mau membeli kopi yang bisa ia jual karena yakin punya kontrak.Pembeli tidak yakin bisa membawanya ke gudang ICE (International Commodities Exchange). Karena itu, kami bisa mengalami surplus panen karena tidak ada pembeli." 

Tapi Serikat Nasional Agribisnis Kopi atau NUCAFE yang mencakup sekitar 1500 petani kopi mendukung keputusan pemerintah uganda untuk mundur dari ICO, Menurut Direktur Eksekutif Joseph Nkandum para petani kini punya kesempatan mengmbil kepemilikan atas produk mereka dan berinvestasi untuk meningkatkan kualitas kopi. Joseph Nkandum "Petani mendapatkan kurang dari 5 persen dari harga eceran. Kemana perginya yang 95 persen ? Satu-satunya cara bagi petani untuk meningkatkan nilai yang didapat dari rantai kopi adalah memperbaikinya.

Mundurnya Uganda dari ICO tidak berarti mereka menghentikan ekspor kopi, Menurut Direktur Pelaksana Otoritas Pengembangan Kopi Uganda karena kini mereka bisa fokus untuk mempromosikan kopinya di pasar lain. Emmanuel Iyamulemye Sebagai Direktur Pelaksana Otoritas Pengembang Kopi "Kami mencari pasar spesial. Kami punya anak muda, UKM yang ingin masuk ke pasar besar seperti AS, Jepang, Korea Selatan, Australia dan tentu saja negara-negara Skandinavia dan Eropa."

Menurut pejabat ICO organisasi mereka telah mencoba menyelesaikan keluhan uganda dan mengajukan rancangan baru perjanjian kopi yang melibatkan gugus tugas pemerintah dan swasta. Menurut Gerardo Patacconi, Organisasi Kopi Internasional "Ini kesempatan baru. Kesempatan ini bagi saya unik, dan menurutku itu sebabnya didukung oleh donor dan industri. Ugandan adalah produsen kopi terkemuka. Sayang sekali tidak melihat itu sebagai peluang dan kekhawatiran apapun harus didiskusikan di dalam. Ini adalah diplomasi kopi."

Uganda adalah negara pengekspor kopi robusta terkemuka di afrika yang mengekspor 6,1 juta karung kopi setiap tahun. (VOA/Mkn)