Washington DC, MedanKini.Net - Mahasiswa di As mengaku mendapat sebagian besar informasi soal politik lewat media sosial. Royal Clemmons, Mahasiswa "Anda bisa mencari semua informasi yang diperlukan di medsoso dan internet. Saya kira itu sumber terbaik." Tapi menurut calon pemilih ini tidak semua berita yang dipasang di medsos layak dipercaya, peningkatan kewaspadaan ini terjadi setelah analis mencermati maraknya berita bohong di media sosial yang berupaya memecah belah calon pemilih.
Ron Woods, Warga South Carolina "Bila Anda tidak aktif terlibat dan banyak cari informasi, mudah bagi Anda sia-siakan suara."
Laporan komite inteligen senat tahun lalu menemukan bahwa penyebaran berita bohong di rusia paling banyak menyasar warga berkulit hitam saat kampanye pilpres 2016.
Garrett McDaniel, Warga South Carolina "Pilpres 2016 adalah peringatan, karena kita lihat Pemerintah Rusia memanipulasi pemilih berkulit hitam dengan laman palsu untuk kelompok advokasi, seperti Black Lives Matter."
Menurut pejabat kamanan as pihak yang sama membuka akun palsu di facebook, twitter, instagram dan youtube untuk mempengaruhi pilihan warga berkulit hitam dengan memanfaatkan berbagai perpecahan yang sudah ada. Todd Shaw, Pengamat Politik "Media sosial berperan mengukuhkan pandangan individu yang telah lama dianutnya."
Dalam dengar pendapat di kongres, facebook mengaku telah mengambil langkah antisipasi menjelang pilpres tahun ini. Monika Bickert, Facebook "Begitu Kami terima laporan berita palsu, Kami turunkan distribusinya, lalu Kami tempatkan tautan terkait, agar orang tahu ini berita bohong."
Google, twitter dan layanan sejenis juga mengklaim sudah mengambil langkah serupa. Selain langkah pro aktif dari perusahan-perusahan media sosial, analis mencermati perlunya pendidikan bagi calon pemilih untuk tidak begitu saja percaya berita yang beredar
di internet, whatsapp atau semacamnya. Finlandia sering diangkat sebagai negara yang paling suskses dalam menekan penyebaran berita palsu lewat pendidikan bagi warganya.
Sebagian pihak menjadi optimis rakyat AS tidak akan tertipu dua kali dalam empat tahun oleh berita bohong.
Davion Petty, South Carolina State University "Saya kira Pilpres terakhir membuat kita tak cemas, karena isu ini disorot dan dipantau ketat." Tapi pada saat yang sama pengguna internet di AS juga tak berhenti mengikuti kuis dan memasang filter atau lain-lain program yang dicurigai bisa mencuri informasi pribadi atau mengarahkan ke situs berita bohong. (Voa/Mkn)