News



Jakarta, MedanKini.Net - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jendral Perkebunan menggenjot produksi jagung dalam negeri melalui optimalisasi lahan dengan cara sistem tumpang sari pada perkebunan kelapa sawit. Program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria) akan dilakukan pada 22 propinsi diatas lahan seluas 175 ribu hektar.
Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah Rabu (15/10/2023) di Jakarta menyampaikan, program kelapa sawit tumpang sari tanaman pangan (KESATRIA) ini akan memanfaatkan waktu tanaman sawit yang belum menghasilkan buah segar pada waktu tahun pertama dan kedua. Diharapkan bisa mendapatkan hasil produksi dari tanaman tumpang sari, dalam hal ini jagung.

"Direktorat Jenderal Perkebunan mencoba mengangkat program integrasi tanaman kelapa sawit dengan tanaman pangan ataupun semusim lainnya. Melalui program ini kami akan dorong private sector atau swasta untuk ikut berpartisipasi dalam mendorong optimalisasi lahan sekaligus mensukseskan program tanaman pangan dalam meningkatkan produksi pangan, dalam hal ini jagung," ujar Andi.

Andi selanjutnya membeberkan alasan menggeber produksi jagun karena komoditi jagung sebagai penyangga ketahanan pangan juga menjadi komoditas pangan strategis sekaligus dapat menghemat devisa impor.

Selama ini, impor jagung membelenggu ketahanan pangan. Jika program ini berjalan, ditergetkan dapat meningkatkan produksi jagung nasional 1 juta ton pipilan kering.

"Direktorat Jenderal Perkebunan memprediksi apabila seluruh lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara baik dapat berkontribusi terhadap peningkatan produksi jagung nasional sebesar 1 juta ton pipilan kering," lanjutnya.

Andi akan menggandeng seluruh sektor perkebunan kelapa sawit, mulai dari unsur dinas yang membidangi perkebunan tingkat provinsi, kabupaten/kota sentra kelapa sawit, perusahaan perkebunan kelapa sawit, baik BUMN maupun swasta, dan gabungan pengusaha serta asosiasi kelapa sawit Indonesia.

Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi berharap program tersebut mampu mengurangi atau bahkan menstop impor jagung. Dia menilai Indonesia mempunyai potensi untuk swasembada jagung.

"Kita harus mampu dari potensi tersebut saya mendorong upaya khusus melalui optimalisasi lahan pada perkebunan, khususnya perkebunan kelapa sawit dapat didorong seoptimal mungkin. Saya meminta agar betul-betul didetailkan potensi optimalisasi lahan perkebunan tersebut, khususnya kelapa sawit agar dapat dimanfaatkan secara optimal," ujar Harvick. (Rel)